Taman Prasejarah Leang-Leang Kab. Maros


Taman Prasejarah Leang-leang ditemukan oleh H.R. van Heekeren  pada tahun 1950. Ia melihat  gambar babirusa yang sedang meloncat dengan bagian dada terpanah. Di saat yang bersamaan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan wanita menggunakan cat warna merah. Penemuan itu terdapat di Leang Pettae dan Leang Pettakere. 

Pendapat para ahli arkeologi, gua yang ada di Leang-Leang dihuni manusia purba sekitar tahun 8.000 - 3.000 sebelum Masehi. Sementara gambar babirusa dan telapak tangan usianya sekitar 5.000 tahun lalu. Gua tersebut dibuka untuk wisatawan pada tahun 1980 dan diberi nama Taman Prasejarah Leang-Leang. 

Di Taman Prasejarah Leang-Leang banyak peninggalan manusia purba, diantaranya gambar telapak tangan manusia, Menurut para ahli gambar telapak tangan tersebut merupakan tangan salah satu suku yang telah mengikuti ritual potong jari sebagai tanda berduka cita atas meninggalnya seseorang. Di dalam gua juga terdapat peninggalan peralatan manusia purba yang terbuat dari batu, sisa-sisa makanan yang berupa tulang binatang dan hewan-hewan laut. Di sekitaran Taman Prasejarah Leang-Leang terdapat gua-gua lain yang jaraknya saling berdekatan, antara lain Gua Balang, Leang Cabbu, dan Leang Sampeang.

Dalam periode awal penemuan lukisan-lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan adalah Leang Pettae dan Pettakere. Berdasarkan penelitian arkeologi yang telah dilakukan sejak tahun 1902 oleh ahli diperkirakan bahwa gua ini telah dihuni manusia sejak 50.000 tahun sebelum Masehi hingga 6.000 tahun yang lalu. Kegiatan ini memberi kontribusi nyata di bidang ilmu pengetahuan, yang terkait dengan satu periode kehidupan manusia prasejarah pada masa lalu, yang oleh para ahli diistilahkan sebagai Kebudayaan Toala. 

Taman Prasejarah Leang-Leang yang terdiri atas Leang Pettae dan Leang Pettakere sudah terkenal sampai ke mancanegara dan termasuk dalam Kawasan Karst Maros-Pangkep yang sering dikunjungi oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara. Saat ini situs tersebut telah menyatu dalam sebuah areal yang telah dibebaskan dan dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan. Dan hampirs semua lahan dimanfaatkan sebagai taman, dilengkapi fasilitas jalan setapak, ruang informasi, lahan parkir, dan fasilitas penunjang lainnya. Leang Pettae yang berada di sebelah selatan dari jalan poros mengandung temuan berupa artefak batu, sisa-sisa makanan, dan juga lukisan dinding berupa cap tangan. Sedangkan Leang Pettakere yang berjarak sekitar 400 meter di sebelah utara berada pada ketinggian tebing gamping dapat disaksikan beberapa lukisan cap tangan dan lukisan babi rusa berukuran besar, seluruhnya berwarna merah.


 

No comments:

Post a Comment